Selasa, 05 Mei 2020

ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG

Jantung merupakan organ tubuh yang paling vital fungsinya dibandingkan dengan organ tubuh lainnya. Secara fisiologis jantung berfungsi untuk menerima atau mengirimkan darah dari dan ke seluruh tubuh. Apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ tubuh lainnya. Dalam topik "Anatomi Fisiologi Jantung" ini, penulis akan menguraikan beberapa sub-topik yaitu:
Anatomi Kesehatan Jantung - Gambar vektor gratis di Pixabay
  1. Ukuran, posisi/letak jantung manusia
  2. Lapisan-lapisan pada jantung
  3. Katup jantung
  4. Ruang jantung
  5. Pembuluh darah besar jantung
  6. Arteri koroner
  7. Siklus jantung
A. Ukuran, posisi/letak Jantung
Struktur dan Fungsi Jantung | adhyra physio   Resusitasi Jantung Paru | Blog Kesehatan
Ukuran jantung manusia sangatlah bervariatif, tapi apakah anda tahu ukuran jantung anda? Ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya. Panjangnya kira-kira 5" (12cm) dan lebar sekitar 3,5" (9cm). Posisi jantung terletak di belakang tulang sternum atau tepatnya di ruang mediastinum rongga dada. Bagian atas jantung terletak dibawah sternal notch, 1/3 jantung berada disebelah kanan midline sternum, dan 2/3 jantung berada di sebelah kiri midline sternum. Bagian apeks jantung terletak di interkostal-5 midklavikula sinistra. 

B. Lapisan-lapisan pada Jantung
Untuk melindungi jantung saat berkontraksi, maka jantung dibungkus oleh beberapa lapisan yang melindungi jantung itu sendiri. Jantung terdiri dari 4 lapisan yang membungkusnya, lapisan terluar jantung disebut juga lapisan perikardium lalu lapisan epikardium, miokardium (lapisan otot jantung), dan endokardium. Pada lapisan terluar jantung (perikardium) dibagi menjadi 3 lapisan, yaitu:
  1. Lapisan fibrosa, adalah lapisan terluar pembungkus jantung yang melindungi jantung ketika overdistension. Lapisan fibrosa ini bersentuhan langsung dengan bagian dinding dalam sternum rongga toraks dan bersifat sangat keras. Pembuluh darah besar (ex: vena cava, aorta, arteri pulomal, vena pulmonal) dihubungkan dengan lapisan fibrosa karena lapisan ini termaasuk penghubung antar jaringan. 
  2. Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa.
  3. Lapisan visceral (lapisan epikardium), yaitu lapisan yang bersentuhan dengan bagian luar otot jantung (miokardium). 
Note: Diantara lapisan parietal dan lapisan visceral terdapat ruang yang berisi cairan perikardium. Cairan perikardium berfungsi untuk melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat jantung berkontrasi.

ANATOMI JANTUNG LAPISAN JANTUNG - PDF Download Gratis Lapisan Jantung | ZeroMedia.co.id
Dibawah lapisan perikardium terdapat beberapa lapisan lagi, yaitu:
  1. Epikardium, yaitu bagian luar otot jantung atau perikardium visceral.
  2. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas kemampuan kontraksi jantung. 
  3. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah  
C. Katup Jantung
Dalam menjalankan fungsinya, jantung dilengkapi oleh beberapa katup yang bertujuan untuk mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya sesaat setelah kontraksi (sistolik) dan sesaat saat relaksasi (diastolik). Katup jantung terbagi menjadi dua bagian, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium dan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, dan katup yang mengubungkan sirkulasi sistemik dan pulmonal dinamakan katup semilunar. 
Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, dan katup bikuspid (mitral) yang menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri. 
Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal, yaitu katup yang menghubungkan antara venttrikel kanan dengan pulmonal trunk menuju paru-paru, dan katup aorta yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan aorta. 
Cara Mengobati Penyakit Jantung Bocor Secara Alami | KASKUS 
Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh cordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk ke ruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Cordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut musculus papilaris. 

D. Ruang Jantung 
Jantung merupakan ruangan yang terpisah dan berfungsi sebagai suatu pompa ganda yang berkontraksi 100.000 kali setiap harinya dan memompa darah lebih dari 7.200 liter. Jantung manusia terbagi menjadi 4 ruangan yaitu atrium dextra, ventrikel dextra, atrium sinistra dan ventrikel sinistra. 

Atrium Dextra
Memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan darah, dan sebagai penyalur darah yang berasal dari vena sirkulasi sistemik (venacava superior dan venacava inferior) dan bermuara di ventrikel dexter. 
Ventrikel Dextra
Berfungsi untuk menyalurkan darah yang mengandung CO2 ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Sirkulasi paru merupakan sistem aliran darah yang bertekanan rendah, dengan resistensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah dari ventriker dexter, dibandingkan tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap aliran darah dari ventrikel sinister. Oleh karena itu, beban kerja ventrikel dexter lebih ringan daripada ventrikel sinister. 
Atrium Sinistra
Menerima darah yang kaya O2 dari paru-paru melalui vena pulmonalis, antara atrium sinister dengan paru-paru tidak terdapat katup jantung. Oleh karena itu, perubahan tekanan atrium kiri mudah membalik secara retrograd ke dalam pembuluh darah paru. Peningkatan akut tekanan atrium sinister akan menyebabkan bendungan di paru-paru.
Ventrikel Sinistra
 Fungsi dari ventrikel sinister adalah sebagai pompa sirkulasi sistemik. Ventrikel sinister harus menghasilkan tekanan yang tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemik, dan mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer. Otot pada ventrikel sinister lebih besar dan tebal dibandingkan dengan ventrikel dexter, hal tersebut dikarenakan beban kerja ventrikel sinister jauh lebih besar untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh dan memenuhi kebutuhan O2 dalam tubuh. 
Stenosis Aorta Adalah Kelainan Katup Jantung. Apa Saja Gejalanya? 

E. Pembuluh darah besar Jantung
Ada beberapa pembuluh darah besar yang perlu anda ketahui pada jantung manusia, yaitu:
  1. Vena cava superior: yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian atas diafragma menuju atrium kanan. 
  2. Vena cava inferior: yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan. 
  3. Sinus coronary: yaitu vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari jantung itu sendiri. 
  4. Pulmonary trunk: yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis mejunu paru-paru. 
  5. Arteri pulmonalis: yaitu yang membawa darah kotor dari trunkus pulmonalis menuju paru-paru. 
  6. Vena pulmonalis: yaitu yang membawa dari bersih atau kaya akan O2 dari paru-paru ke atrium sinister. 
  7. Aorta: yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah kaya akan O2 dari ventrikel kiri untuk dialirkan ke seluruh tubuh (sirkulasi sistemik).
F. Arteri Koroner
Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab atas jantung itu sendiri. Seluruh miokardium mendapat suplai darah dari arteri koronaria. Apabuila arteri koroner mengalami pengurangan suplainya ke jantung atau yang disebut dengan ischemia, ini akan menyebabkan terganggunya fungsi jantung sebagaimana mestinya. Apalagi jika arteri mengalami sumbatan total (infark) yang akan menyebabkan serangan jantung mendadak atau sering disebut miokardiac infarction dan bisa menyebabkan kematian. 
Aretri koroner merupakan cabang pertama dari sirkulasi sistemik, dimana muara arteri koroner berada dekat dengan katup aorta atau tepatnya di sinus valsava. Arteri koroner dibagi menjadi 2, yaitu:
Apa itu Arteri Koroner dan Seberapa Pentingkah Perannya? • Hello Sehat 
Arteri Koroner Kiri
Pada arteri koroner kiri (Left Main Artery) mempunyai dua cabang besar yaitu Left Anterior Desenden (LAD) dan Arteri Sirkumplex. kedua arteri ini melingkari jnatung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara antrium dan ventrikel, yang kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini dibagian permukaan posterior jantung yang merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu kruks jantung. 
Left Anterior Desenden (LAD) memperdarahi dinding anterior ventrikel kiri. Sedangkan arteri sirkumplex memperdarahi dinding lateral ventrikel kiri. 
Arteri Koroner Kanan
Right Coronaty Artery (RCA) bertugas mensuplai darah jantung bagian kanan, posterior dan inferior. 

G. Siklus Jantung
Pada siklus jantung kita mulai dari atrium kanan menerima darah kotor atau miskin O2 dari:
  • Vena cava superior
  • Vena cava inferior
  • Sinus coronarius
dari atrium kanan, darah dipompa menuju ventrikel kanan melewatu katup atrioventrikuler (katup trikuspid). Dari ventrikel kanan datah dipompakan ke paru-paru untuk ditukarkan dengan darah kaya akan O2, melewati:
  • Katup pulmonalis
  • Trunkus Pulmonalis
  • Arteri pulmonalis
Darah yang kaya akan O2 dari paru-paru akan dialirkan kembali ke jantung melalui vena pulmonalis menuju atrium kiri. Dari atrium kiri darah dipompakan ke ventrikel kiri melewati katup bikuspid (katup mitral). Dari ventrikel kiri darah akan dipompakan ke sluruh tubuh termasuk ke jantung itu sendiri (melalui sinus valsava) melewati katup aorta. 
Ilmu Keperawatan: Siklus Jantung Peredaran Darah Siklus Besar dan Peredaran Siklus Darah Kecil ...
Dari seluruh tubuh, darah balik lagi ke jantung melalui vena cava superior, vena cava inferior, dan sinus coronarius menuju atrium kanan. 
Secara umum siklus jantung dibagi menjadi 2 yaitu sistole (kontraksi) dan diastole (relaksasi). Terdapat beberapa fase pada siklus jantung, yaitu:
  1. Fase ventrikel filling
  2. Fase atrial contraction (depolarisasi atrium)
  3. Fase isovolumetric contraction (depolarisasi ventrikel)
  4. Fase ejection
  5. Fase isovolumetric relaxation (repolarisasi ventrikel)

SUMBER:
M. Asikin, M. Nuralamsyah, & Susaldi. (2016). "Keperawatan Medikal Bedah Sistem Kardiovaskular". Jakarta: Penerbit Erlangga
Buku Saku Mini Medical Note. (2018). "Cardiology".
Buku Saku Mini Medical Note. (2017). "ECG Notes".
Doengoes, Marilynn E, Maru Frances Moorhouse, & Alice C. Murr. (2019). "Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 9". Jakarta: EGC





Jumat, 01 November 2019

MENGHITUNG TETESAN INFUS


Cairan infus dibagi kedalam dua jenis utama, yakni cairan resusitasi untuk menggantikan kehilangan cairan akut dan cairan rumatan (maintenance) untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi. Contoh cairan resusitasi adalah kristaloid (Asering, RL, Normal Saline) dan koloid (Albumin, Dextran, Gelatin, HES, Gelofusin). Sementara cairan rumatan dapat berupa elektrolit (KAEN) dan nutrisi (Aminofusin). 

Sebagai tenaga kesehatan kita tidak pernah tahu kapan dan berapa jumlah pasien yang akan datang ke rumah sakit, adakalnya pasien tiba-tiba menjadi banyak atau memang ada bencana alam kecelakaan lalu lintas dan semua tindakan harus dilakukan infus. Akan sangat menghambat jika kita lambat dalam menghitung tetesan infus dan yang paling penting adalah menjaga sirkulasi pasien tetap baik. Dalam situasi sibuk seperti gawat darurat kita tidak bisa lagi menghitung kebutuhan cairan manual dan sebagainya, maka dari itu tenaga medis khususnya perawat membutuhkan perhitungan cepat di luar kepala. 

Untuk itu saya coba merangkum sedikit pembahasan mengenai perhitungan tetesan infus. Sebelum masuk ke dalam rumus-rumus, kita harus mengetahui terlebih dahulu istilah-istilah yang sering digunakan dalam pemasangan infus (mungkin di setiap rumah sakit berbeda-beda) :
  • gtt = makro tetes
  • mgtt = mikro tetes
  • jumlah tetesan = banyaknya tetesan/menit
Rumus tetap tetesan infus :
  • 1 gtt = 3 mgtt
  • 1 cc = 20 gtt
  • 1 cc = 60 mgtt
  • 1 kolf = 1 labu = 500 cc
  • 1 cc = 1 ml
  • mgtt/menit = cc/jam
  • 1 kolf atau 500cc/24 jam = 7 gtt
  • 1 kolf atau 500cc/24 jam = 21 mgtt
Untuk lebih memahami, mari kita lihat rumus berikut dalam menghitung jumlah tetesan per menit dan jam. 

Rumus (menit) :

Jumlah tetesan per menit = Jumlah Kebutuhan Cairan x Faktor Tetesan / waktu (menit)


Rumus (jam) :

Jumlah tetesan per menit = Jumlah Kebutuhan Cairan x Faktor Tetesan / waktu (jam) x 60 menit

Ket : 
Faktor Tetesan Dewasa : terumo (20), otsuka (15)
Faktor Tetesan Anak : 60 

C/: 
Seorang pasien dewasa datang ke sebuah RS dan memerlukan penanganan segera cairan RL 1500cc. Cairan tersebut harus habis dalam waktu 200 menit. Berapa tetes per menit kah jumlah tetesan yang diperlukan? (terumo)

Jawaban:


Jumlah tetesan per menit = Jumlah Kebutuhan Cairan x Faktor Tetesan / waktu (menit)
                                         = 1000 x 20 / 200
                                         = 20000 / 200
                                         = 100tpm

Jadi, tetesan infus per menitnya adalah 100tpm untuk menghabiskan cairan dalam waktu 200 menit. 

C/:
Seorang pasien dewasa dilakukan pemasangan infus Rl 500cc per 8 jam. Berapa tetes per menit yang dibutuhkan untuk menghabiskan cairan dalam kurun waktu tersebut? (Otsuka)

Jawaban:
Jumlah tetesan per menit = Jumlah Kebutuhan Cairan x Faktor Tetesan / waktu (jam) x 60 menit
                                         = 500 x 15 / 8 x 60 menit
                                         = 7500 / 480
                                         = 15,625 dibulatkan menjadi 16tpm

Jadi, tetesan infus per menitnya adalah 16tpm untuk menghabiskan cairan dalam waktu 8 jam.

C/:
Seorang pasien dilakukan pemasangan infus RL500cc per 24 jam. Berapa tetes per menit yang dibutuhkan untuk menghabiskan cairan dalam kurun waktu tersebut? (Mikro)

Jawaban:
Jumlah tetesan per menit = Jumlah Kebutuhan Cairan x Faktor Tetesan / waktu (jam) x 60 menit
                                         = 500 x 60 / 24 x 60 menit
                                         = 30000 / 1440
                                         = 20,83 dibulatkan menjadi 21tpm

Jadi, tetesan infus per menitnya adalah 21tpm untuk menghabiskan cairan dalam waktu 24 jam.

Note: untuk pasien luka bakar perhitungan cairannya berbeda karena dihitung berdasarkan luas (%) luka bakarnya.


Selamat Berlatih Ners! 
Terimakasih.


Jumat, 06 September 2019

INTERPRETASI HASIL ANALISA GAS DARAH (AGD)


Analisa gas darah (AGD) merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat penting untuk mengukur kadar oksigen, karbondioksida, dan tingkat asam basa (pH) di dalam darah. Hasil ini mempunyai tujuan untuk mengetahui status oksigenasi pasien, status keseimbangan asam bas, fungsi paru dan status metabolisme pasien. Sampel untuk pemeriksaan analisa gas darah adalah darah arteri yang diambil dari arteri brachialisarteri radialis atau arteri femoralis

Analisa gas darah umumnya dilakukan untuk :
  1. Memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat sel darah merah mengalirkan oksigen dan karbon dioksida dari dan ke seluruh tubuh. 
  2. Memeriksa kondisi organ jantung dan ginjal, serta gejala yang disebabkan oleh gangguan distribusi oksigen, karbon dioksida atau kesimbangan pH di dalam darah. 
  3. Pada pasien penurunan kesadaran, gagal nafas, gangguan metabolik berat. 
  4. Tes ini juga dilakukan pada pasien yang sedang menggunakan alat bantu napas untuk memonitor efektivitasnya. 
Sebelum kita membaca hasil nilai dari pemeriksaan AGD, terlebih dahulu kita harus mengetahui nilai normal.

Rentang nilai normal :
  • pH : 7,35 - 7,45
  • TCO2 : 23 -27 mmol/L
  • PCO2 : 35 - 45 mmHg
  • BE : 0 ± 2 mEq/L
  • PO2 : 80 - 100 mmHg
  • saturasi O2 : 95% / lebih
  • HCO3 : 22 - 26 mEq/L
Untuk melihat hasil nya kita hanya perlu melihat 3 indikator yaitu pH, PCO2 dan HCO3. Jika nilai pH turun maka asidosis, jika nilai pH naik maka alkalosis. Setelah kita mengetahui nilai pH, selanjutnya kita lihat pada nilai PCO2 (respiratorik) dan HCO3 (metabolik).

PCO2 menunjukkan adanya masalah pada pernapasan, jika nilai PCO2 turun maka alkalosis, jika nilai PCO2 naik maka asidosis. Sedangkan HCO3 menunjukkan  adanya masalah metabolik/ketoasidosis, jika nilai HCO3 turun maka asidosis, jika nilai HCO3 naik maka alkalosis

Untuk memudahkan kita bisa menggunakan rumus ROME :
Respiratorik 
Opposite
Methabolic 
Equal

Contoh 1 :
  1. pH = 7,28; PCO2 = 28,8; HCO3 = 11mEq/L
Uraian :
pH=7,28 artinya turun (asidosis).
PCO2=28,8 artinya turun (alkalosis respiratorik)
HCO3=11 artinya turun (asidosis metabolik)

Jika dikaitkan dengan rumus ROME artinya masalahnya adalah metabolik, karena menunjukkan hasil yang sejajar antara pH (turun) dengan HCO3 (turun) dan tidak ada yang berbanding terbalik. jadi dapat disimpulkan bahwa hasilnya adalah asidosis metabolik kompensasi sebagian alkalosis respiratorik

Darimana kita tahu bahwa hasil tersebut terkompensasi penuh, sebagian atau belum terkompensasi. Lihat tabel dibawah ini :

pH
PCO2
HCO3
INTERPRETASI

Turun
Turun
Normal

Normal
Turun
Turun

Turun
Turun
Turun
Asidosis Metabolik
- Belum kompensasi
- Kompensasi Sebagian
- Kompensasi penuh

Turun
Turun
Normal

Naik
Naik
Naik

Normal
Naik
Naik
Asidosis Respiratorik
- Belum kompensasi
- Kompensasi sebagian
- Kompensasi Penuh

Naik
Naik
Normal

Normal
Naik
Naik

Naik
Naik
Naik
Alkalosis Metabolik
- Belum kompensasi
- Kompensasi sebagian
- Kompensasi penuh

Naik
Naik
Normal

Turun
Turun
Turun

Normal
Turun
Turun
Alkalosis Respiratorik
- Belum kompensasi
- Kompensasi sebagian
- Kompensasi Penuh
Turun
Naik
Naik
Turun
Turun
Naik
- Mix asidosis
- Mix alkalosis

Contoh 2 :

pH = 7,31
PCO2 = 43
HCO3 = 21

Uraian :

pH turun (asidosis)
PCO2 normal
HCO3 turun (asidosis)
Karena nilai pH dan HCO3 menunjukkan asidosis, jadi mekanisme utamanya adalah asidosis metabolik. Dan karena nilai PCO2 nya normal jadi tidak ada indikasi sistem respiratorik yang terkompensasi

Contoh 3 :

pH = 7,32
PCO2 = 24
HCO3 = 12

Uraian :

pH turun (asidosis)
PCO2 turun (alkalosis)
HCO3 turun (asidosis)
Karena nilah pH dan HCO3 menunjukkan asidosis, jadi mekanisme utamanya adalah asidosis metabolik. Dan karena nilai PCO2 turun yang artinya menunjukkan alkalosis maka terjadi kompensasi, lalu lihat nilai pH nya, karena di soal nilai pH abnormal maka kompensasi sebagian. dapat disimpulkan bahwa masalahnya adalah asidosis metabolik terkompensasi sebagian oleh alkalosis respiratorik.

Untuk memudahkan memahaminya, penulis merangkum nya menjadi :

  1. pH normal, PCO2 dan HCO3 abnormal = kompensasi penuh.
  2. pH abnormal, PCO2 dan HCO3 abnormal = kompensasi sebagian.
  3. pH abnormal, antara PCO2 dan HCO3 terdapat yang normal = belum terkompensasi.
  4. pH abnormal, PCO2 dan HCO3 abnormal (berbanding terbalik) = mix asidosis/alkalosis

Selamat berlatih dan semoga bermanfaat :)
Terima Kasih

Sumber :
Mairina, SKM, M.Biomed & dr. Ruhaya Fitrina, SpS. (2018). “Kementrian Kesehatan RI”. Jakarta. Diakses dari http://www.yankes.kemkes.go.id/read-pemeriksaan-analisa-gas-darah-5708.html 

Manokharan, P. (2017). “ANALISIS GAS DARAH DAN APLIKASINYA DI KLINIK”. Bali: Universitas Udayana. Diakses dari https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ff76a052cc9d611d598a2b4380afb62c.pdf  

Afifah, Efy. “PEMERIKSAAN ASTRUP/ANALISA GAS DARAH”. Depok: FIK Universitas Indonesia. Diakses dari http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/agd.pdf




Kamis, 29 Agustus 2019

PENATALAKSANAAN TRAUMA DADA


Ketika kita mendengar tentang trauma dada, apa yang langsung tertanam dibenak kita? Sebuah kejadian yang menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan. Trauma dada merupakan penyebab utama kematian dari trauma. Biasanya berkaitan dengan kecelakaan kendaraan bermotor, kejahatan kekerasan, dan terjatuh. Cedera dada dapat memiliki rentang dari ringan, seperti fraktur iga sederhana, hingga berat dan fatal. Cedera traumatis ke dada dapat melibatkan dinding dada dan struktur toraks yang menyertai, termasuk paru, jantung, pembuluh darah besar dan esofagus. Cedera dada dan paru dapat berasal dari beberapa mekanisme berbeda seperti trauma penetrasi (luka tikam atau luka tembak), trauma tumpul (kecelakaan bermotor, terjatuh) (LeMone, Priscilla., Karen M, Burke., & Gerene B, 2019).

Prinsip utama dalam memberikan pertolongan pada korban gawat adalah pertolongan pertama pada korban. Tujuan utamanya yaitu untuk menyelamatkan kehidupan, mencegah kesakitan makin parah dan meningkatkan pemulihan. Pengkajian awal (initial assessment) yang cepat dan tepat sangat diperlukan dalam penanganan pada kasus trauma dada. Penanganan berkelanjutan berfokus pada ABC (airway, breathing, circulation) untuk menjaga kepatenan jalan napas. Trauma pada dada melibatkan sistem kardiovaskuler dan respirasi, sehingga tujuan penatalaksanaan adalah cenderung mengatasi masalah yang ada pada sistem tersebut.

Anatomi Dada & Rongga Dada (Ulya, dkk, 2017) :


Rongga dada dimulai dari iga pertama yang terletak dibelakang klavikula sampai diafragma. Diafragma adalah struktur yang konstan bergerak. Terletak dari interkosta ke-4 (saat ekspirasi maksimum) sampai interkosta ke-10 (saat inspirasi maksimum). Dengan demikian, cedera pada area ini harus dipertimbangkan akan melukai rongga abdomen. Adanya trauma tajam di bawah puting susu kanan akan dapat melukai paru-paru, hepar, atau keduanya. Di dalam rongga dada terdapat jalan napas bawah (bronkus utama kanan kiri dan paru-paru), jantung, pembuluh darah besar dan esofagus. Rongga dada dibentuk oleh 12 pasang rusuk yang berfungsi untuk melindungi organ di dalamnya. Proses pernapasan merupakan proses yang melibatkan rongga dada dalam ekspansi dan relaksasi. Dalam proses tersebut, tulang iga dan diafragma akan bergerak sejalan, tetapi jika terjadi trauma proses tersebut akan terganggu. 

Ketika terjadi inspirasi, diafragma akan turun, otot interkosta akan menarik iga ke atas sehingga membuat tekanan negatif pada rongga dada. Dalam proses ini beberapa otot bantu napas seperti dinding abdomen, otot dada dan otot sternocleidomastoideus akan membantu. Paru-paru sangat berespon terhadap tekanan negatif yang menyebabkan udara bisa masuk ke paru-paru, ketika tekanan negatif hilang maka paru-paru akan kolaps.
Nerfus frenikus yaitu saraf yang mempersarafi diafragma untuk bernapas. Iritasi saraf ini karena darah atau substansi lain dapat menyebabkan hiccups atau nyeri yang menjalar ke bahu (kehr’s sign). Pada setiap tulang iga selalu disertai dengan saraf, arteri dan vena sehingga prosedur seperti needle thoracostomy atau pemasangan slang dada harus dilakukan dengan hati-hati. Tanda konstan dari dinding dada anterior adalah angle of louis pada sternum, yakni titik ini sebagai titik panduan dalam pemeriksaan dan penatalaksanaan. Untuk melakukan needle thoracostomy, letaknya pada ruang interkosta dua. Trauma dada sering menyebabkan hipoksia, gangguan sirkulasi, dan obstruksi pulmonal atau vaskular, maka semua cedera yang terjadi pada dada harus diasumsikan menyebabkan cedera serius sampai terbukti tidak ada cedera serius.

Klasifikasi Trauma Dada (Kurniati. A., Yanny T., & Siwi, Ikaristi.M.T, 2018) :
Trauma dada dapat dibedakan menjadi tiga yaitu trauma dada yang segera mengancam jiwa, trauma dada yang berpotensi mengancam jiwa, dan trauma dada yang tidak mengancam jiwa. Untuk lebih jelas silahkan lihat tabel di bawah.

Tabel 1.1 Kasifikasi Trauma Dada
Trauma Dada Yang Segera Mengancam Jiwa
Trauma Dada Yang Berpotensi Mengancam Jiwa
Trauma Dada Yang Tidak Mengancam Jiwa
Tension Pneumothorax
Disrupsi Aorta
Simple Pneumothorax
Open Pneumothorax
Kontusio Kardiak (trauma kardiak tumpul)
Fraktur Iga
Flail Chest
Kontusio Pulmonal
Fraktur Sternum
Hematothorax / Hemothorax Masif
Disrupsi Tracheobronchial
Fraktur Klavikula
Tamponade Jantung
Robekan Diafragma
Fraktur Skapula

Disrupsi Esofagus



Setiap kasus yang mengancam jiwa (gawat darurat) kembali kepada prinsip awal yaitu menyelamatkan kehidupan dan mencegah kecacatan pada korban. Prioritas tindakan pada pasien dengan trauma dada sama saja dengan trauma lainnya berfokus pada airway, breathing, circulation. Intervensi bergantung pada masalah yang muncul. 



Airway :
Pengkajian :
a. Apakah jalan napas paten terganggu?
Intervensi :
a. Buka jalan napas dengan teknik jaw thurst.
b. Bersihkan obstruksi jalan napas seperti muntahan, gigi, darah, lidah, sekret dan benda asing.
Breathing :
Pengkajian :
a. Kaji usaha bernapas (frekuensi, kedalaman, pola napas, penggunaan otot bantu pernapasan).

b. Pergerakan dada paradoksal atau tidak simetris (flail chest).

c. Adanya luka (open pneumothoraks)

d. Hiperekspansi (tension pneumothorax)

e. Adanya udara di subkutan (kerusakan pada trakea dan bronkial).

f. Suara napas tidak sama menunjukkan adanya kesalahan tempat pemasangan pipa ETT, pneumothorax, hemothorax, cedera paru, sumbatan benda asing. Suara tambahan seperti wheezing, stridor, cracklesI. Bising usus pada dada menunjukkan adanya ruptur diagragma.

Intervensi :

a. Berikan oksigen tambahan melalui NRM atau pipa ETT.

b. Bantu ventilasi menggunakan BVM, ventilator mekanik.

c. Tutup luka terbuka (open pneumothorax)

d. Masukkan chest tube (pneumothorax, hemothorax).
e. Ambil sampel darah arteri unuk AGD

Circulation :

Pengkajian :

a. Nadi: ada atau tidak, lemah, kuat, cepat, lambat.

b. Kulit: warna, suhu, kelembapan, pengisian kapiler.

c. Irama jantung, suara jantung (normal, murmur, menjauh, S3/S4).

d. Tekanan darah dan tekanan nadi di kedua ekstremitas atas (aortic disruption).

Intervensi :

a. Pasang infus dua jalur (14/16G)

b. Masukan cairan infus hangat, cairan kristaloid isotonik seperti RL atau normal saline.

c. Transfusi darah jika diperlukan.

d. Lakukan perikardiosintesis pada kasus tamponade jantung.

e. Lakukan kompresi dada jika henti jantung.

f. Lakukan torakotomi darurat dan kompresi internal pada jantung pada kasus penetrating trauma arrest


Disability :

Pengkajian :

a. Tingkat kesadaran.

b. Keluhan : nyeri, sesak, mati rasa

c. Trauma leher

d. Fungsi sensori dan motorik kasar

Intervensi :

a. Lakukan stabilisasi tulang belakang

b. Periksa radiografi tulang belakang

Selain pengkajian diatas, kita juga dapat melakukan pengkajian dan intervensi tambahan untuk mendukung penegakan diagnosa. Ini penting dilakukan agar penanganan lanjutan yang lebih optimal dan untuk mencegah kecacatan lebih parah.
Pengkajian Tambahan :

a. Mekanisme cedera dan kejadian pra-RS

b. Riwayat medis

c. Sumber luka di dada

d. Cedera mayor pada bagian tubuh lain

Intervensi Tambahan :

a. Lakukan radiografi dada

b. Periksa EKG 12lead

c. Pasang kateter urine dan monitor output

d. Pasang orogastric tube atau nasogastric tube untuk dekompresi lambung

e. Fasilitasi untuk pembedahan.



(Kasus Hematothorax dilakukan pemasangan WSD)

Pada kasus trauma dada yang mengancam jiwa ada beberapa temuan yang bersifat abnormal di dalam pengkajian. Untuk lebih jelas silahkan lihat tabel berikut :  

Tabel 1.2 Temuan Abnormal Pada Pengkajian Yang Berhubungan Dengan Trauma Dada Yang Mengancam Jiwa
Temuan Pengkajian
Kemungkinan Penyebab Injury
Pernapasan
Bunyi napas tidak simetris, ekspansi dada tidak simetris.
Pneumothorax
Hemothorax
Obstruksi benda asing
Slang ETT tidak pada tempatnya
Tension pneumothorax
Pergerakan dada paradoksal
Flail chest
Luka pada dinding dada
Luka dada terbuka (open “sucking” chest wound)
Udara subkutan
Disrupsi tracheobronchial
Auskultasi suara bowel / bising usus di dada
Ruptur diafragma
Sirkulasi
Tanda syok :
Perfusi kulit buruk
Perubahan tingkat kesadaran
Takikardi
Hipotensi
Pneumothorax masif
Tension pneumothorax
Disrupsi aorta
Tamponade kordis
Bunyi jantung melemah
Tamponade kordis
Distensi vena jugularis, tekanan vena sentral meningkat
Tamponade kordis
Tension pneumothorax
Perbedaan tekanan darah pada lengan
Transeksi aorta tidak komplet


Tabel 1.3 Intervensi Gawat Darurat Pada Trauma Dada Yang Mengancam Jiwa
Jenis Trauma Dada
Intervensi Gawat Darurat
Tension pneumothorax
Needle thoracosintesis
Open pneumothorax
Tutup dengan kassa 3 sisi
Flail chest
Plester fiksasi, berikan analgetik, intubasi
Hematothorax
Lakukan WSD
Tamponade jantung
Perikardiosintesis


Daftar Pustaka :

LeMone, Priscilla., Karen M, Burke., & Gerene B. (2019). “Keperawatan Medikal Bedah (Vol.4) - Edisi.5”. Jakarta: EGC
Ulya, Ikhda., Bintari, Ratih K., Dewi, Kartikawati.N., & Respati, S.D. (2017). “Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat pada Kasus Trauma”. Jakarta: Salemba Medika
Kurniati, Amelia., Yanny, Trisyani., & Siwi, Ikaristi, M.T. (2018). “Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy”. Singapore: Elsevier
Nurarif, Amin Huda., & Hardhi, Kusuma. (2016). “Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus (Jilid 2)”. Jogjakarta: Mediaction